Tugas
Bahasa
Indonesia
“Materi
Penalaran”
Nama :
Fanny Dwi Risanti
NPM :
23213210
Kelas : 3EB24
Universitas Gunadarma
PTA 2015/2016
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat- Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan pembahasan materi
penalaran ini. Penalaran ini berisi pembahasan mengenai penalaran, penarikan
kesimpulan baik menggunakan deduktif atau induktif. Banyak referensi sepreti
website dan buku elektronik yang penulis gunakan untuk untuk menyelesaikan
penulisan materi ini. Penulis berharap materi singkat ini bisa berguna untuk
para pembaca. Penulis sadar masih terdapat kekurangan pada penulisan ini. Penulis
mohon maaf apabila keterbatasan pembahasan yang belum tersedia dalam materi ini.
I.
Latar
Belakang
Penalaran adalah suatu proses
berpikir pada manusia berdasarkan suatu pernyataan. Pernyataan yang digunakan
dalam proses penalaran ialah harus bersifat fakta yang dinamakan dengan
proposisi (premis). Penalaran terbagi menjadi dua yaitu deduktif dan induktif. Penalaran
deduktif adalah penalaran yang digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum.
Didalamnya juga terdapat silogisme yang terdiri dari premis mayor (umum),
premis minor (khusus) dan kesimpulan yakni kombinasi yang dijasikan subjek pada
premis minor, dan predikat (kata kerja) pada premis mayor. Selain itu terdapat
entimen yakni penarikan kesimpulan dengan menghilangkan salah satu premis. Yang
kedua yaitu penalaran induktif yakni kesimpulan yang bersifat khusus, awal
paragraph diawali dengan pernyataan khusus dan diakhiri oleh pernyataan umum.
Dalam penalaran induktif terdapat pengamatan gejala secara khusus (Generelisasi),
perbandingan dua atau lebih pernyataan yang bersifat sama (Analogi), dan
hubungan sebab dan akibat suatu kejadian (Hubungan Kausal).
II.
Rumusan
Masalah
Apa
itu penalaran ?
Bagaimana
peran dari silogisme dan entimen dalam penalaran deduktif ?
Apa
yang perbedaan generalisasi dan analogi ?
Bagaimana
cara menarik kesimpulan berdasarkan teori penalaran ?
III.
Tujuan
Untuk mempelajari penalaran dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia dalam materi penalaran
ini khususnya.
BAB
I
1.1 Pengertian Penalaran
Penalaran memiliki banyak pengertian
tetapi pada intinya merupakan suatu proses berpikir secara logis dengan menghubung
– hubungkan fakta lalu mengkaji dan menganalisis yang pada akhirnya terbentuk
sebuah simpulan berupa pengetahuan atau pengertian baru.
1.2 Proposisi
Kalau tadi penalaran ialah proses
berpikir dengan menghubungkan fakta, setelah fakta – fakta saling berhubungan
maka terbentuklah suatu kalimat. Dan kalimat ini yang disebut dengan Proposisi. Pernyataan dapat dinilai
benar atau salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang dapat
dinilai benar atau salahnya. Untuk memahami lebih lanjut, berikut macam – macam
dari proposisi antara lain :
1) Proposisi Empirik, yaitu kalimat
pernyataan berdasarkan fakta.
Contohnya : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya .
Maksudnya
adalah kalimat tersebut merupakan pernyataan yang benar dan dapat dibuktikan
dengan fakta dari kemampuan yang dimiliki anak cerdas dalam kegiatan sehari –
hari.
2) Proposisi Mutlak, yaitu
sebuah pernyataan yang benar dan tidak memerlukan pembuktian.
Contohnya
: Janda adalah
wanita yang pernah menikah.
Maksudnya
adalah apabila ada seorang wanita yang berstatus janda, secara otomatis kita
langsung mempunyai simpulan sendiri bahwa wanita tersebut pernah menikah
sebelumnya dan tidak perlu mencari fakta dengan bertanya kepada janda tersebut.
3) Proposisi Hipotetik, yaitu
pernyataan yang mengandung syarat.
Contohnya
: jika dijemput,
maka doni akan ke rumah mita.
Maksudnya
adalah kalimat ini merupakan pernyataan benar, tapi mengandung persyaratan yang
harus dilakukan untuk mengungkap kebenaran dari kalimat tersebut.
4) Proposisi Kategoris,
yaitu pernyataan yang tidak mengandung syarat.
Contohnya
: Robby menikahi
Rini.
Maksudnya
adalah pernyataan tersebut benar adanya dan tidak memerlukan persyararatan
untuk mengungkapkan kebenarannya.
5) Proposisi Positif Universal, yaitu
pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak seluruh aspek.
Contohnya
: Semua hewan yang
hidup akan mati.
Maksudnya
adalah dapat dibuktikan kebenarannya bahwa seluruh atau setiap hewan yang hidup
akan mati.
6) Proposisi Negatif Universal, yaitu merupakan pernyataan kebenaran tetapi pengungkapannya secara negative.
Contohnya
: Tidak ada gajah
yang tidak berbelalai.
Maksudnya
adalah pada kalimat “tidak ada gajah” itu merupakan bentuk negative atau kata
ganti dari “Semua”.
7) Proposisi Positif Partial, pernyataan
bahwa setiap unsure pernyataan tersebut bersifat positif.
Contohnya
: Sebagian orang
ingin hidup kaya.
Maksudnya
adalah tidak semua orang tetapi hanya sebagian, karena partial itu bisa
dikatakan sinonim dari kata sebagian, dan bentuk kalimatnya terdenger bernada
positif.
8) Proposisi Negatif Partial, pengertiannya
ialah kebalikan dari positif partial.
Contohnya
: Sebagian orang
hidup menderita.
Maksud
kalimat ini terdengar bernada negative, tetapi karena partial jadi ditulis
“sebagian”.
1.3 Implikasi
Implikasi adalah ucapan/ pernyataan
tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat – pendapat pihak lain tentang
fakta tersebut.
Contohnya
: Tadi pagi
terjadi tabrakan di depan kampus.
Dapat
kita ketahui bahwa implikasi dapat kita artikan sebagai tindakan. Apabila mendengar
pernyataan dari contoh tersebut secara naluriah ada hasrat ingin membuktikan
kebenaran fakta tersebut . misalnya pada contoh pernyataan diatas, untuk
memastikannya kita bisa datang ke tempat tabrakan itu terjadi, apabila akibat
dari peristiwa itu tidak dapat terlihat lagi, maka kita mencari informasi lebih
lanjut kepada orang – orang yang menyaksikan peristiwa itu. Jika informasi yang
kita peroleh tentang peristiwa itu sama, maka kita bisa meyakini pernyataan
tersebut fakta dan benar terjadi.
1.4 Inferensi
Inferensi adalah pendapat / kesimpulan
dari hasil penilaian , pertimbangan dan keyakinan seseorang terhadap fakta.
Contohnya
: Tabrakan itu terjadi karena supir bus yang
menghentikan kendaraaannya secara mendadak.
Contoh diatas merupakan kesimpulan
suatu fakta. tetapi, sebelum kesimpulan itu terbentuk ada suatu proses
penilaian yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan. Misalnya, kita ingin
membuktikan dasar pernyataan sebelum tebentuk kesimpulan diatas. Berdasarkan
informasi yang kita peroleh tentang peristiwa tabrakan itu, awalnya bus
berjalan dua meter di depan mobil sedan, tiba – tiba dari arah kanan ada mobil jip yang
membelok dan memotong arah di depan bus, kemudian bus mengerem mendadak untuk
menghindari tabrakan dengan mobil jip, tetapi mobil sedan tidak sempat mengerem
dan akhirnya menabrak bagian belakang bus. Berdasarkan menilai informasi yang
ada dan juga mempertimbangkan ketentuan berlalu lintas yang ada, maka jadilah
kesimpulan diatas yakni supir bus yang salah karena menghentikan kendaraan
secara mendadak.
1.5 Wujud
Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang
ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Lain hal dengan wujud
evidensi bisa berupa angka statistic atau keterangan lain yang dikumpulkan
untuk mendukung suatu pernyataan.
Contohnya
: kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela
di dalam ruang ini,”
Artinya kita bisa langsung
menyimpulkan pernyataan itu benar karena evidensi yang memadai serta data
informasi dapat dibukttikan kebenarannya.
1.6 Cara
Menguji Data
Data atau informasi yang digunakan
dalam proses penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu diperlukan untuk
menguji data atau informasi untuk mengetahui kebenarannya dan menjadikannya
sebagai fakta. Kumpulan fakta disebut evidensi yang digunakan menyimpulkan
pernyataan.
Dibawah
ini cara yang digunakan untuk menguji data/informasi :
- Observasi,
pengujian data yang langsung terjun ke lapangan dengan cara mengamati dan
mengumpulkan data untuk memperkuat informasi bersifat fakta.
- Kesaksian,
pendapat yang diungkapkan oleh seseorang dimana kesaksiannya berkaitan untuk
memperkuat kebenaran dari data yang sedang diuji.
- Autoritas,
kekuasaan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan pengumpulan data guna
memperkuat informasi.
1.7 Cara
Menilai Autoritas
─ Tidak
mengandung prasangka
Pendapat
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau
didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
─ Pengalaman
dan pendidikan autoritas
Sebelum
ada pengalaman, seorang autoritas harus memiliki pendidikan yang menjadi dasar
untuk dikembangkan lebih lanjut. Dan pengalaman yang dimiliki autoritas dari
hasil penelitian menjadi pondasi untuk memperkuat kedudukan pernyataannya.
Pengalaman
dan pendidikan sangat penting untuk menjadi seorang autoritas, karena itu
menjadi dasar yang dimiliki dan harus dikembangkan lebih lanjut.
Dasar
kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut
dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan
memperkuat kedudukannya.
─ Kemashuran
dan prestise
Kemashuran
atau prestise bisa dikatakan sebagai imbalan. Maksudnya, seorang yang meneliti
suatu pernyataan tidak boleh di lebih – lebihkan hanya karna ingin mendapatkan
suatu prestise (aprsiasi) di bidang lain.
BAB II
2.1 Pengertian
Dan Konsep Penalaran Deduktif
Konsep penalaran deduktif berpijak
pada sebuah kesimpulan yang bersifat umum untuk kemudian diterapkan pada gejala
empiris (nyata) sejenis sehingga diperoleh kesimpulan yang sama. Contohnya,
semua tanaman berdaun hijau memerlukan sinar matahari untuk mengolah sari
makanan. Jadi dapat disimpulkan paragraph deduktif ini mengambil kesimpulan
secara keseluruhan (umum), bukan secara khusus yang menyebutkan jenis – jenis
dari tanaman berdaun hijau tersebut.
2.2 Konsep
Penalaran Deduktif
Silogisme merupakan konsep yang bisa
digunakan dalam berpikir deduktif. Silogisme adalah cara berpikir formal, yang
jarang terjadi dalam kehidupan sehari –hari. misalnya ia dihukum karena
melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme,
yaitu
a. Semua
yang melangggar peaturan A akan dihukum.
b. Ia
melanggar peraturan A.
c. Ia
dihukum
Sebuah
silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi
(premis mayor, premis minor dan kesimpulan), Contoh :
1.
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah manusia pemikir (term mayor).
2.
Premis minor : Semua ahli filsafat (term minor) adalah cendikiawan (term tengah).
3.
Kesimpulan : semua ahli filsafat
adalah manusia pemikir.
Penjelasan :
- Proposisi
1 dan 2 merupakan premis, yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada
proposisi 3.
- Proposisi
1 merupakan premis mayor, yaitu premis yang mengandung pernyataan dasar umum
yang dianggap benar di kelasnya. Didalamnya terdapat term mayor (manusia
pemikir) yang akan muncul pada kesimpulan sebagai predikat.
- Proposisi
2 merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang gejala khusus
yang merupakan bagian kelas premis mayor. Di dalamnya term minor (ahli
filsafat) yang akan menjadi subjek dalam kesimpulan.
- Term
mayor dihubungkan oleh term tengah (cendekiawan) yang tidak boleh diulang dalam
kesimpulan. Yang memungkinkan kita menarik kesimpulan ialah adanya term tengah.
2.3 Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial selalu didukung
premis – premis dan kesimpulan kategorial. Pramis bisa dikatakan sebagai suatu
pernyataan.
Contohnya
:
a.
Semua mamalia melahirkan dan menyusui anaknya (premis mayor/
predikat).
b. Kerbau
(premis minor /
subjek) adalah mamalia.
c. Kesimpulan : Jadi,
kerbau melahirkan dan menyusui anaknya.
Mencermati contoh tersebut, kita
melihat bahwa premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan kita sebut
premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan kita
sebut premis minor. Berikut cara untuk menyusun silogisme kategorial:
a. Menentukan
kesimpulan mana yang disampaikan.
b. Mencari
alasan yang dikemukakan sebagai premis – premis nya.
c. Menyusun
silogisme dengan pola :
A = B
C = A
====
C = B
2.4 Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme
yang premis mayornya merupakan pernyataan hipotesis dan premis minornya
menerima atau menolak salah satu atau bagian
dari premis mayor tersebut. Silogisme hipotesis terdiri atas tiga macam, yaitu
: silogisme kondisional, silogisme disjunctive atau pemisahan, silogisme
conjunctive/ menghubungkan.
─ Silogisme hipotesis kondisional adalah
silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu keputusan bersyarat yang
dirumuskan dengan kata – kata seperti : jika,
apabila, atau maka……
Contohnya :
jika
anak – anak yang berusia satu sampai tujuh tahun diberi tablet flour melalui
minum susu, gigi tetapnya akan tahan terhadap karies gigi (premis mayor).
Roy
berusia 17 tahun, giginya bebas dari kries (premis
minor).
Jadi,
roy pada waktu berusia satu sampai tujuh tahun meminum susu yang diberi tablet
flour (kesimpulan).
Yang
harus dipeerhatikan ialah premis
minornya, karena pernyataan tersebut hanya mengambil sebagian dari premis
mayor, dimana terdapat dua pernyataan. Pertama satu sampai tujuh tahun
diberi tablet flour melalui minum susu, keedua gigi tetapnya akan tahan
terhadap karies gigi.
─ Silogisme disjunctive/ pemisahan,
yaitu silogisme dengan premis mayor yang berbentuk pernyataan yang bersifat
memisahkan.
Contohnya :
Rini
atau rina yang mengalami maloklusi.
Rini
mempunyai relasi rahang dengan gigi normal.
Maka
rinalah yang mengalami maloklusi.
Kata
“atau” pada premis mayor mengandung
dua pernyataan. Dan kesimpulan tergantung dari pernyataan yang digunakan
terlebih dahulu oleh premis minor.
─ Silogisme conjunctive
/menghubungkan adalah silogisme yang premis mayornya
berbentuk pernyataan yang menghubungkan.
Contohnya :
Gusi
berdarah adalah gejala radang gusi.
Plak
gigi yang matang dan kontak dengan gusi gusi menyebabkan radang gusi.
Jadi,
plak gigi menyebabkan gusi berdarah.
Kata
“adalah” digunakan untuk menghubungkan atau memberikan
suatu pengertian.
2.5 Silogisme alternatif
Silogisme
alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contohnya
:
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
2.6 Entimen
Entimen ini juga merupakan bagian
dari silogisme. Dalam pengertiannya, entimen yaitu silogisme yang salah satu
premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama – sama diketahui.
Contohnya :
Menipu
adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat
diatas dapat dipenggal menjadi dua.
a. Menipu
adalah dosa.
b. Karena
(menipu) merugikan orang lain.
Kalimat
a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus) maka
silogisme dapat disusun :
Premis
mayor : ?
Premis
minor : menipu merugikan orang lain.
Kesimpulan : menipu adalah dosa.
Dalam kalimat itu, yang dihilangkan
adalah premis mayor. Perlu diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin subjeknya menipu. Kita dapat
berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, seperti semua perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
Entimen juga dapat dibuat dengan
menghilangkan premis minornya. Mislanya, perbuatan
yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa.
BAB III
3.1 Penalaran
induktif
Penalaran induktif yaitu paragraph
yang diawali premis yang bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
bersifat umum. Cotohnya : tumbuhan,
hewan, manusia membutuhkan air (khusus). Semua makhluk hidup membutuhkan air
(umum). pada dasarnya penalaran
induktif terdiri dari tiga macam yakni, generalisasi, analogi, dan hubungan
kausal (sebab – akibat).
3.2 Generalisasi
Generalisaasi adalah proses
penalaran berdasarkan pengamatan sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus,
serupa atau sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan
yang bersifat umum. Lebih jelasnya generalisasi adalah pernyataan yang berlaku
untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Suatu generalisasi
mencangkup cirri – cirri umum yang
menonjol, bukan rincian. Didalam pengembangan karangan, generalisasi perlu
ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh – contoh, data statistic, dan
sebagainya yang merupakan spesifikasi atau cirri khusus.
Contoh :
Gempa di Aceh 26 desember 2004 yang
brkekkuatan 9 skala richter itu menimbulkan korban jiwa yang terus berjatuhan
hingga 31 Desembr 2004 di Srilanka 28.508 orang, India 10.736 orang, Thailand
4500 orang, dan di Aceh 79.940 dan cenderung bertambah. Selain, itu hingga 2
Januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti, korban menderita sakit berat dan
cacat tubuh yang diakibatkan gempa dan gelombang Tsunami yang sangat dahsyat
itu di Aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk tempat
tinggal yang luluh lantak rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air
laut tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di Aceh ini merupakan yang terbesar (generalisasi) di dunia.
Perhatikan contoh diatas, awal paragraph
diawali dengan pernyataan yang bersifat khusus tentang menyebutkan dampak yang
disebabkan oleh gempa di Aceh dan diakhiri paragraph berisi kesimpulan generalisasi betapa dahsyatnya gempa di
Aceh.
Ungkapan generalisasi :
Terbesar,
ter…. tidak pernah
Paling
besar, pada umumnya
Semua,
setiapa secara
keseluruhan,
Ungkapan pendukung :
Cenderung, pada galibnya,
Pada
umumnya, selalu,
Sebagian
besar, dukungan kuantitatif
(angka).
Yang
perlu diperhatikan bahwa bukti – bukti atau rincian penunjang harus relevan
dengan generalisasi yang dikemukakan. Paragraph yang mencantumkan penunjang
yang tidak relevan dipandang tidak logis.
3.3 Analogi
Analogi adalah suatu bentuk kias
persmaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan, mislanya
manusia dan semut, malaikat dan manusia. Kedua objek tersebut tersebut dicari
persamaannya (bukan perbedaannya). Agar lebih mudah dipahami, analogi bercerita
tentang dua hal yang bebeda tetapi memiliki sifat/ kejadian yang sama.
Sehingga, kita bisa menarik kesimpulan berdasarkan hal yang sifatnya sama dari
dua hal yang bereda. Pengungkapan, secara garis besar analogi dapat dibedakan
atas :
Analogi sederhana
─ Mudah
dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan
fakta secara mendalam dan sudah lazim diketahui
─ Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah
diketahui
Contoh : Gadis
itu bagaikan bunga mawar dikelas kami.
Penggunaan
kata “ bagaikan bunga mawar” memiliki arti indah atau cantik bentuknya. Jika
dikaitkan dengan gadis pada contoh diatas, berarti gadis tersebut memiliki rupa
yang cantik sehingga tidak menuntut penjelasan fakta.
Analogi yang berupa kiasan
─ Sulit
dipahami karena bersifat subjektif dan berdasarkan situasi pembicaraan yang
sedang berlangsung.
─ Mencari
persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh : Daya
pikir mahasiswa itu tajam. Kata tajam tidak dapat diukur secara objektif
(empiric).
Sulit
dipahami karena kata “tajam” merupakan
kiasan atau kata yang sulit untuk dipahami.
Analogi berdasarkan pengungkapan
isi :
Analogi deklaratif
1. Menjelaskan
suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaanya dengan objek yang sudah
dikenal.
2. Tidak
menghasilkan simpulan.
3. Tidak
memberikan pengetahuan baru,
4. Kata
– kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah : bagaikan, laksana,
seperti, bagai
5. Se……
(kata keadaan, misalnya “seindah”)
Contoh :
Ia
berdiri di depanku dengan wajah merah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari
tangan kirinya dimeja, seperti militer siap tembak musuh, ia memukul meja di
hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan
seperti Guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut
seperti bekicot disiram garam.
Analogi induktif
- menjelaskan
suatu objek yang dapat memberikan
pengetahuan baru, berdasarkan persamaan cirri utama (esensial) dengan
objek yang sudah dikenal,
- menghasilkan
suatu kesimpulan induktif yang khusus, (bukan generalisasi), seperti :
pengethauan baru, tindakan baru, atau pengetahuan baru berdasarkan cirri dasar
(utama) atas objek lama terhadap fakta baru.
- Kesimpulan
yang dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek lain, berdasarkan persamaan
cirri,
- Proses
menggunakan kesamaan sifat objek pertama yang sudah dikenal cirri – cirinya
untuk menerangkan cirri – cirri objek kedua, dan menyimpulkannya secara
induktif
- Kata
– kata yang sering digunakan : maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh :
Pada
pertengahan Juli 1981, saya pergi ke kamus London University untuk mengikuti
kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya
dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di
depan kampus, tiba – tiba saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia.” Saya
menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How
do you know? Mereka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “Mudah Saja.”
Walaupun Anda tampak seperti orang Philipin, jalan Anda persis orang Indonesia,
“Santai !” Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walupun tidak
secepat orang inggris atau orang Eropa pada umumnya, saya harus membiasakan
berjalan secepat mereka. Mereka benar. Orang berjalan santai beresiko dicopet,
dipalak, atau sejenisnya oleh orang yang akan memanfaatkan kelengahan orang
lain. Tegasnya, saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
Sepintas
lalu kesimpulan analogi menyerupai generalisasi. Yang dipergunakan sebagai
dasar penarikan kesimpulan ialah gejala – gejala khusus yang diamati. Harus
diingat, dalam generalisasi lebih bersifat umum, lebih luas daripada yang
dinyatakan dalam premis – premisnya. Sebaliknya, pada analogi kesimpulan
bersifat khusus.
3.4 Hubungan
Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran
yang diperoleh dari kejadian yang saling berhubungan. Terdapat tiga macam
hubungan kausal, diantaranya :
Hubungan sebab – akibat
Joni
rajin belajar (A).
Joni
pintar (B).
Jadi,
Joni rajin belajar sehingga pintar.
Hubungan akibat – sebab
Joni
pintar karena rajin belajar.
Hubungan sebab – akibat – akibat
Joni
rajin belajar (A).
Joni
pintar (B).
Joni
naik kelas (C)
Karena
rajin belajar, Joni pintar sehingga bisa naik kelas.
3.5 Hipotesa
dan Teori
Hipotesa adalah semacam kesimpulan
sementara yang harus memerlukan penelitian lebih lanjut lagi atas fakta yang
disimpulkan dalam hipotesa tersebut. Sedangkan teori berisi penjabaran secara
relative lebih kuat dari hipotesa sebelumnya yang telah diteliti lebih lanjut.
Contoh
:
Tanzi
& Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi
dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus)
:
Hipotesis pertama:
tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik.
Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik.
Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik,
melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek
investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik,
korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan
ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal
ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak
yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak.
Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah
untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis
pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik
yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi
mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka
proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya
pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih
seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi
untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi
bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup
hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek
publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi.
Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang
baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi. (Contoh hipotesis by Fikri Jaiz blog)
3.6 Induksi
Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah tulisan yang
“menerangkan”, atau “menjabarkan”. Penjelasan atau penjabarannya tentu
dilakukan secara logis atau dengan penalaran. Mungkin saja dalam eksposisi ada
cerita (narasi) atau penggambaran (deskripsi). Namun demikian semua itu tentu
dimaksudkan untuk memperjelas penjabarannya. Karena eksposisi berpijak pada
kejelasan dalam proses penalaran.
Langkah
menyusun eksposisi:
─ Menentukan
topik/tema
─ Menetapkan
tujuan
─ Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
─ Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
─ Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi.
BAB IV
Kesimpulan
Penalaran adalah suatu proses berpikir, dimana terbagi menjadi dua yakni penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif juga terbagi menjadi dua yaitu silogisme dan entimen yang intinya digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum. Sedangkan penalaran induktif terbagi menjadi tiga yaitu Generalisasi, Analogi dan Hubungan Kausal digunakan untuk menarik kesimpulan. Untuk analogi yaitu penarikan kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang sifatnya sama. Generalisasi adalah paragraf yang berisi penjabaran secara rinci dan ditutup dengan pernyataan umum. Hubungan Kausal ialah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan sebab - akibat.
Tugas
Bahasa
Indonesia
“Materi
Penalaran”
Nama :
Fanny Dwi Risanti
NPM :
23213210
Kelas : 3EB24
Universitas Gunadarma
PTA 2015/2016
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat- Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan pembahasan materi
penalaran ini. Penalaran ini berisi pembahasan mengenai penalaran, penarikan
kesimpulan baik menggunakan deduktif atau induktif. Banyak referensi sepreti
website dan buku elektronik yang penulis gunakan untuk untuk menyelesaikan
penulisan materi ini. Penulis berharap materi singkat ini bisa berguna untuk
para pembaca. Penulis sadar masih terdapat kekurangan pada penulisan ini. Penulis
mohon maaf apabila keterbatasan pembahasan yang belum tersedia dalam materi ini.
I.
Latar
Belakang
Penalaran adalah suatu proses
berpikir pada manusia berdasarkan suatu pernyataan. Pernyataan yang digunakan
dalam proses penalaran ialah harus bersifat fakta yang dinamakan dengan
proposisi (premis). Penalaran terbagi menjadi dua yaitu deduktif dan induktif. Penalaran
deduktif adalah penalaran yang digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum.
Didalamnya juga terdapat silogisme yang terdiri dari premis mayor (umum),
premis minor (khusus) dan kesimpulan yakni kombinasi yang dijasikan subjek pada
premis minor, dan predikat (kata kerja) pada premis mayor. Selain itu terdapat
entimen yakni penarikan kesimpulan dengan menghilangkan salah satu premis. Yang
kedua yaitu penalaran induktif yakni kesimpulan yang bersifat khusus, awal
paragraph diawali dengan pernyataan khusus dan diakhiri oleh pernyataan umum.
Dalam penalaran induktif terdapat pengamatan gejala secara khusus (Generelisasi),
perbandingan dua atau lebih pernyataan yang bersifat sama (Analogi), dan
hubungan sebab dan akibat suatu kejadian (Hubungan Kausal).
II.
Rumusan
Masalah
Apa
itu penalaran ?
Bagaimana
peran dari silogisme dan entimen dalam penalaran deduktif ?
Apa
yang perbedaan generalisasi dan analogi ?
Bagaimana
cara menarik kesimpulan berdasarkan teori penalaran ?
III.
Tujuan
Untuk mempelajari penalaran dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia dalam materi penalaran
ini khususnya.
BAB
I
1.1 Pengertian Penalaran
Penalaran memiliki banyak pengertian
tetapi pada intinya merupakan suatu proses berpikir secara logis dengan menghubung
– hubungkan fakta lalu mengkaji dan menganalisis yang pada akhirnya terbentuk
sebuah simpulan berupa pengetahuan atau pengertian baru.
1.2 Proposisi
Kalau tadi penalaran ialah proses
berpikir dengan menghubungkan fakta, setelah fakta – fakta saling berhubungan
maka terbentuklah suatu kalimat. Dan kalimat ini yang disebut dengan Proposisi. Pernyataan dapat dinilai
benar atau salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang dapat
dinilai benar atau salahnya. Untuk memahami lebih lanjut, berikut macam – macam
dari proposisi antara lain :
1) Proposisi Empirik, yaitu kalimat
pernyataan berdasarkan fakta.
Contohnya : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya .
Maksudnya
adalah kalimat tersebut merupakan pernyataan yang benar dan dapat dibuktikan
dengan fakta dari kemampuan yang dimiliki anak cerdas dalam kegiatan sehari –
hari.
2) Proposisi Mutlak, yaitu
sebuah pernyataan yang benar dan tidak memerlukan pembuktian.
Contohnya
: Janda adalah
wanita yang pernah menikah.
Maksudnya
adalah apabila ada seorang wanita yang berstatus janda, secara otomatis kita
langsung mempunyai simpulan sendiri bahwa wanita tersebut pernah menikah
sebelumnya dan tidak perlu mencari fakta dengan bertanya kepada janda tersebut.
3) Proposisi Hipotetik, yaitu
pernyataan yang mengandung syarat.
Contohnya
: jika dijemput,
maka doni akan ke rumah mita.
Maksudnya
adalah kalimat ini merupakan pernyataan benar, tapi mengandung persyaratan yang
harus dilakukan untuk mengungkap kebenaran dari kalimat tersebut.
4) Proposisi Kategoris,
yaitu pernyataan yang tidak mengandung syarat.
Contohnya
: Robby menikahi
Rini.
Maksudnya
adalah pernyataan tersebut benar adanya dan tidak memerlukan persyararatan
untuk mengungkapkan kebenarannya.
5) Proposisi Positif Universal, yaitu
pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak seluruh aspek.
Contohnya
: Semua hewan yang
hidup akan mati.
Maksudnya
adalah dapat dibuktikan kebenarannya bahwa seluruh atau setiap hewan yang hidup
akan mati.
6) Proposisi Negatif Universal, yaitu merupakan pernyataan kebenaran tetapi pengungkapannya secara negative.
Contohnya
: Tidak ada gajah
yang tidak berbelalai.
Maksudnya
adalah pada kalimat “tidak ada gajah” itu merupakan bentuk negative atau kata
ganti dari “Semua”.
7) Proposisi Positif Partial, pernyataan
bahwa setiap unsure pernyataan tersebut bersifat positif.
Contohnya
: Sebagian orang
ingin hidup kaya.
Maksudnya
adalah tidak semua orang tetapi hanya sebagian, karena partial itu bisa
dikatakan sinonim dari kata sebagian, dan bentuk kalimatnya terdenger bernada
positif.
8) Proposisi Negatif Partial, pengertiannya
ialah kebalikan dari positif partial.
Contohnya
: Sebagian orang
hidup menderita.
Maksud
kalimat ini terdengar bernada negative, tetapi karena partial jadi ditulis
“sebagian”.
1.3 Implikasi
Implikasi adalah ucapan/ pernyataan
tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat – pendapat pihak lain tentang
fakta tersebut.
Contohnya
: Tadi pagi
terjadi tabrakan di depan kampus.
Dapat
kita ketahui bahwa implikasi dapat kita artikan sebagai tindakan. Apabila mendengar
pernyataan dari contoh tersebut secara naluriah ada hasrat ingin membuktikan
kebenaran fakta tersebut . misalnya pada contoh pernyataan diatas, untuk
memastikannya kita bisa datang ke tempat tabrakan itu terjadi, apabila akibat
dari peristiwa itu tidak dapat terlihat lagi, maka kita mencari informasi lebih
lanjut kepada orang – orang yang menyaksikan peristiwa itu. Jika informasi yang
kita peroleh tentang peristiwa itu sama, maka kita bisa meyakini pernyataan
tersebut fakta dan benar terjadi.
1.4 Inferensi
Inferensi adalah pendapat / kesimpulan
dari hasil penilaian , pertimbangan dan keyakinan seseorang terhadap fakta.
Contohnya
: Tabrakan itu terjadi karena supir bus yang
menghentikan kendaraaannya secara mendadak.
Contoh diatas merupakan kesimpulan
suatu fakta. tetapi, sebelum kesimpulan itu terbentuk ada suatu proses
penilaian yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan. Misalnya, kita ingin
membuktikan dasar pernyataan sebelum tebentuk kesimpulan diatas. Berdasarkan
informasi yang kita peroleh tentang peristiwa tabrakan itu, awalnya bus
berjalan dua meter di depan mobil sedan, tiba – tiba dari arah kanan ada mobil jip yang
membelok dan memotong arah di depan bus, kemudian bus mengerem mendadak untuk
menghindari tabrakan dengan mobil jip, tetapi mobil sedan tidak sempat mengerem
dan akhirnya menabrak bagian belakang bus. Berdasarkan menilai informasi yang
ada dan juga mempertimbangkan ketentuan berlalu lintas yang ada, maka jadilah
kesimpulan diatas yakni supir bus yang salah karena menghentikan kendaraan
secara mendadak.
1.5 Wujud
Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang
ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Lain hal dengan wujud
evidensi bisa berupa angka statistic atau keterangan lain yang dikumpulkan
untuk mendukung suatu pernyataan.
Contohnya
: kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela
di dalam ruang ini,”
Artinya kita bisa langsung
menyimpulkan pernyataan itu benar karena evidensi yang memadai serta data
informasi dapat dibukttikan kebenarannya.
1.6 Cara
Menguji Data
Data atau informasi yang digunakan
dalam proses penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu diperlukan untuk
menguji data atau informasi untuk mengetahui kebenarannya dan menjadikannya
sebagai fakta. Kumpulan fakta disebut evidensi yang digunakan menyimpulkan
pernyataan.
Dibawah
ini cara yang digunakan untuk menguji data/informasi :
- Observasi, pengujian data yang langsung terjun ke lapangan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data untuk memperkuat informasi bersifat fakta.
- Kesaksian, pendapat yang diungkapkan oleh seseorang dimana kesaksiannya berkaitan untuk memperkuat kebenaran dari data yang sedang diuji.
- Autoritas, kekuasaan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan pengumpulan data guna memperkuat informasi.
1.7 Cara
Menilai Autoritas
─ Tidak
mengandung prasangka
Pendapat
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau
didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
─ Pengalaman
dan pendidikan autoritas
Sebelum
ada pengalaman, seorang autoritas harus memiliki pendidikan yang menjadi dasar
untuk dikembangkan lebih lanjut. Dan pengalaman yang dimiliki autoritas dari
hasil penelitian menjadi pondasi untuk memperkuat kedudukan pernyataannya.
Pengalaman
dan pendidikan sangat penting untuk menjadi seorang autoritas, karena itu
menjadi dasar yang dimiliki dan harus dikembangkan lebih lanjut.
Dasar
kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut
dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan
memperkuat kedudukannya.
─ Kemashuran
dan prestise
Kemashuran
atau prestise bisa dikatakan sebagai imbalan. Maksudnya, seorang yang meneliti
suatu pernyataan tidak boleh di lebih – lebihkan hanya karna ingin mendapatkan
suatu prestise (aprsiasi) di bidang lain.
BAB II
2.1 Pengertian
Dan Konsep Penalaran Deduktif
Konsep penalaran deduktif berpijak
pada sebuah kesimpulan yang bersifat umum untuk kemudian diterapkan pada gejala
empiris (nyata) sejenis sehingga diperoleh kesimpulan yang sama. Contohnya,
semua tanaman berdaun hijau memerlukan sinar matahari untuk mengolah sari
makanan. Jadi dapat disimpulkan paragraph deduktif ini mengambil kesimpulan
secara keseluruhan (umum), bukan secara khusus yang menyebutkan jenis – jenis
dari tanaman berdaun hijau tersebut.
2.2 Konsep
Penalaran Deduktif
Silogisme merupakan konsep yang bisa
digunakan dalam berpikir deduktif. Silogisme adalah cara berpikir formal, yang
jarang terjadi dalam kehidupan sehari –hari. misalnya ia dihukum karena
melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme,
yaitu
a. Semua
yang melangggar peaturan A akan dihukum.
b. Ia
melanggar peraturan A.
c. Ia
dihukum
Sebuah
silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi
(premis mayor, premis minor dan kesimpulan), Contoh :
1.
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah manusia pemikir (term mayor).
2.
Premis minor : Semua ahli filsafat (term minor) adalah cendikiawan (term tengah).
3.
Kesimpulan : semua ahli filsafat
adalah manusia pemikir.
Penjelasan :
- Proposisi 1 dan 2 merupakan premis, yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposisi 3.
- Proposisi 1 merupakan premis mayor, yaitu premis yang mengandung pernyataan dasar umum yang dianggap benar di kelasnya. Didalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang akan muncul pada kesimpulan sebagai predikat.
- Proposisi 2 merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang gejala khusus yang merupakan bagian kelas premis mayor. Di dalamnya term minor (ahli filsafat) yang akan menjadi subjek dalam kesimpulan.
- Term mayor dihubungkan oleh term tengah (cendekiawan) yang tidak boleh diulang dalam kesimpulan. Yang memungkinkan kita menarik kesimpulan ialah adanya term tengah.
2.3 Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial selalu didukung
premis – premis dan kesimpulan kategorial. Pramis bisa dikatakan sebagai suatu
pernyataan.
Contohnya
:
a.
Semua mamalia melahirkan dan menyusui anaknya (premis mayor/
predikat).
b. Kerbau
(premis minor /
subjek) adalah mamalia.
c. Kesimpulan : Jadi,
kerbau melahirkan dan menyusui anaknya.
Mencermati contoh tersebut, kita
melihat bahwa premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan kita sebut
premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan kita
sebut premis minor. Berikut cara untuk menyusun silogisme kategorial:
a. Menentukan
kesimpulan mana yang disampaikan.
b. Mencari
alasan yang dikemukakan sebagai premis – premis nya.
c. Menyusun
silogisme dengan pola :
A = B
C = A
====
C = B
2.4 Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme
yang premis mayornya merupakan pernyataan hipotesis dan premis minornya
menerima atau menolak salah satu atau bagian
dari premis mayor tersebut. Silogisme hipotesis terdiri atas tiga macam, yaitu
: silogisme kondisional, silogisme disjunctive atau pemisahan, silogisme
conjunctive/ menghubungkan.
─ Silogisme hipotesis kondisional adalah
silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu keputusan bersyarat yang
dirumuskan dengan kata – kata seperti : jika,
apabila, atau maka……
Contohnya :
jika
anak – anak yang berusia satu sampai tujuh tahun diberi tablet flour melalui
minum susu, gigi tetapnya akan tahan terhadap karies gigi (premis mayor).
Roy
berusia 17 tahun, giginya bebas dari kries (premis
minor).
Jadi,
roy pada waktu berusia satu sampai tujuh tahun meminum susu yang diberi tablet
flour (kesimpulan).
Yang
harus dipeerhatikan ialah premis
minornya, karena pernyataan tersebut hanya mengambil sebagian dari premis
mayor, dimana terdapat dua pernyataan. Pertama satu sampai tujuh tahun
diberi tablet flour melalui minum susu, keedua gigi tetapnya akan tahan
terhadap karies gigi.
─ Silogisme disjunctive/ pemisahan,
yaitu silogisme dengan premis mayor yang berbentuk pernyataan yang bersifat
memisahkan.
Contohnya :
Rini
atau rina yang mengalami maloklusi.
Rini
mempunyai relasi rahang dengan gigi normal.
Maka
rinalah yang mengalami maloklusi.
Kata
“atau” pada premis mayor mengandung
dua pernyataan. Dan kesimpulan tergantung dari pernyataan yang digunakan
terlebih dahulu oleh premis minor.
─ Silogisme conjunctive
/menghubungkan adalah silogisme yang premis mayornya
berbentuk pernyataan yang menghubungkan.
Contohnya :
Gusi
berdarah adalah gejala radang gusi.
Plak
gigi yang matang dan kontak dengan gusi gusi menyebabkan radang gusi.
Jadi,
plak gigi menyebabkan gusi berdarah.
Kata
“adalah” digunakan untuk menghubungkan atau memberikan
suatu pengertian.
2.5 Silogisme alternatif
Silogisme
alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contohnya
:
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
2.6 Entimen
Entimen ini juga merupakan bagian
dari silogisme. Dalam pengertiannya, entimen yaitu silogisme yang salah satu
premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama – sama diketahui.
Contohnya :
Menipu
adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat
diatas dapat dipenggal menjadi dua.
a. Menipu
adalah dosa.
b. Karena
(menipu) merugikan orang lain.
Kalimat
a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus) maka
silogisme dapat disusun :
Premis
mayor : ?
Premis
minor : menipu merugikan orang lain.
Kesimpulan : menipu adalah dosa.
Dalam kalimat itu, yang dihilangkan
adalah premis mayor. Perlu diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin subjeknya menipu. Kita dapat
berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, seperti semua perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
Entimen juga dapat dibuat dengan
menghilangkan premis minornya. Mislanya, perbuatan
yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa.
BAB III
3.1 Penalaran
induktif
Penalaran induktif yaitu paragraph
yang diawali premis yang bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
bersifat umum. Cotohnya : tumbuhan,
hewan, manusia membutuhkan air (khusus). Semua makhluk hidup membutuhkan air
(umum). pada dasarnya penalaran
induktif terdiri dari tiga macam yakni, generalisasi, analogi, dan hubungan
kausal (sebab – akibat).
3.2 Generalisasi
Generalisaasi adalah proses
penalaran berdasarkan pengamatan sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus,
serupa atau sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan
yang bersifat umum. Lebih jelasnya generalisasi adalah pernyataan yang berlaku
untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Suatu generalisasi
mencangkup cirri – cirri umum yang
menonjol, bukan rincian. Didalam pengembangan karangan, generalisasi perlu
ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh – contoh, data statistic, dan
sebagainya yang merupakan spesifikasi atau cirri khusus.
Contoh :
Gempa di Aceh 26 desember 2004 yang
brkekkuatan 9 skala richter itu menimbulkan korban jiwa yang terus berjatuhan
hingga 31 Desembr 2004 di Srilanka 28.508 orang, India 10.736 orang, Thailand
4500 orang, dan di Aceh 79.940 dan cenderung bertambah. Selain, itu hingga 2
Januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti, korban menderita sakit berat dan
cacat tubuh yang diakibatkan gempa dan gelombang Tsunami yang sangat dahsyat
itu di Aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk tempat
tinggal yang luluh lantak rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air
laut tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di Aceh ini merupakan yang terbesar (generalisasi) di dunia.
Perhatikan contoh diatas, awal paragraph
diawali dengan pernyataan yang bersifat khusus tentang menyebutkan dampak yang
disebabkan oleh gempa di Aceh dan diakhiri paragraph berisi kesimpulan generalisasi betapa dahsyatnya gempa di
Aceh.
Ungkapan generalisasi :
Terbesar,
ter…. tidak pernah
Paling
besar, pada umumnya
Semua,
setiapa secara
keseluruhan,
Ungkapan pendukung :
Cenderung, pada galibnya,
Pada
umumnya, selalu,
Sebagian
besar, dukungan kuantitatif
(angka).
Yang
perlu diperhatikan bahwa bukti – bukti atau rincian penunjang harus relevan
dengan generalisasi yang dikemukakan. Paragraph yang mencantumkan penunjang
yang tidak relevan dipandang tidak logis.
3.3 Analogi
Analogi adalah suatu bentuk kias
persmaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan, mislanya
manusia dan semut, malaikat dan manusia. Kedua objek tersebut tersebut dicari
persamaannya (bukan perbedaannya). Agar lebih mudah dipahami, analogi bercerita
tentang dua hal yang bebeda tetapi memiliki sifat/ kejadian yang sama.
Sehingga, kita bisa menarik kesimpulan berdasarkan hal yang sifatnya sama dari
dua hal yang bereda. Pengungkapan, secara garis besar analogi dapat dibedakan
atas :
Analogi sederhana
─ Mudah
dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan
fakta secara mendalam dan sudah lazim diketahui
─ Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah
diketahui
Contoh : Gadis
itu bagaikan bunga mawar dikelas kami.
Penggunaan
kata “ bagaikan bunga mawar” memiliki arti indah atau cantik bentuknya. Jika
dikaitkan dengan gadis pada contoh diatas, berarti gadis tersebut memiliki rupa
yang cantik sehingga tidak menuntut penjelasan fakta.
Analogi yang berupa kiasan
─ Sulit
dipahami karena bersifat subjektif dan berdasarkan situasi pembicaraan yang
sedang berlangsung.
─ Mencari
persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh : Daya
pikir mahasiswa itu tajam. Kata tajam tidak dapat diukur secara objektif
(empiric).
Sulit
dipahami karena kata “tajam” merupakan
kiasan atau kata yang sulit untuk dipahami.
Analogi berdasarkan pengungkapan
isi :
Analogi deklaratif
Analogi deklaratif
1. Menjelaskan
suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaanya dengan objek yang sudah
dikenal.
2. Tidak
menghasilkan simpulan.
3. Tidak
memberikan pengetahuan baru,
4. Kata
– kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah : bagaikan, laksana,
seperti, bagai
5. Se……
(kata keadaan, misalnya “seindah”)
Contoh :
Ia
berdiri di depanku dengan wajah merah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari
tangan kirinya dimeja, seperti militer siap tembak musuh, ia memukul meja di
hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan
seperti Guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut
seperti bekicot disiram garam.
Analogi induktif
- menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru, berdasarkan persamaan cirri utama (esensial) dengan objek yang sudah dikenal,
- menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus, (bukan generalisasi), seperti : pengethauan baru, tindakan baru, atau pengetahuan baru berdasarkan cirri dasar (utama) atas objek lama terhadap fakta baru.
- Kesimpulan yang dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek lain, berdasarkan persamaan cirri,
- Proses menggunakan kesamaan sifat objek pertama yang sudah dikenal cirri – cirinya untuk menerangkan cirri – cirri objek kedua, dan menyimpulkannya secara induktif
- Kata – kata yang sering digunakan : maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh :
Pada
pertengahan Juli 1981, saya pergi ke kamus London University untuk mengikuti
kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya
dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di
depan kampus, tiba – tiba saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia.” Saya
menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How
do you know? Mereka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “Mudah Saja.”
Walaupun Anda tampak seperti orang Philipin, jalan Anda persis orang Indonesia,
“Santai !” Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walupun tidak
secepat orang inggris atau orang Eropa pada umumnya, saya harus membiasakan
berjalan secepat mereka. Mereka benar. Orang berjalan santai beresiko dicopet,
dipalak, atau sejenisnya oleh orang yang akan memanfaatkan kelengahan orang
lain. Tegasnya, saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
Sepintas
lalu kesimpulan analogi menyerupai generalisasi. Yang dipergunakan sebagai
dasar penarikan kesimpulan ialah gejala – gejala khusus yang diamati. Harus
diingat, dalam generalisasi lebih bersifat umum, lebih luas daripada yang
dinyatakan dalam premis – premisnya. Sebaliknya, pada analogi kesimpulan
bersifat khusus.
3.4 Hubungan
Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran
yang diperoleh dari kejadian yang saling berhubungan. Terdapat tiga macam
hubungan kausal, diantaranya :
Hubungan sebab – akibat
Joni
rajin belajar (A).
Joni
pintar (B).
Jadi,
Joni rajin belajar sehingga pintar.
Hubungan akibat – sebab
Joni
pintar karena rajin belajar.
Hubungan sebab – akibat – akibat
Joni
rajin belajar (A).
Joni
pintar (B).
Joni
naik kelas (C)
Karena
rajin belajar, Joni pintar sehingga bisa naik kelas.
3.5 Hipotesa
dan Teori
Hipotesa adalah semacam kesimpulan
sementara yang harus memerlukan penelitian lebih lanjut lagi atas fakta yang
disimpulkan dalam hipotesa tersebut. Sedangkan teori berisi penjabaran secara
relative lebih kuat dari hipotesa sebelumnya yang telah diteliti lebih lanjut.
Contoh
:
Tanzi
& Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi
dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus)
:
Hipotesis pertama:
tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik.
Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik.
Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik,
melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek
investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik,
korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan
ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal
ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak
yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak.
Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah
untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis
pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik
yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi
mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka
proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya
pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih
seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi
untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi
bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup
hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek
publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi.
Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang
baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi. (Contoh hipotesis by Fikri Jaiz blog)
3.6 Induksi
Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah tulisan yang
“menerangkan”, atau “menjabarkan”. Penjelasan atau penjabarannya tentu
dilakukan secara logis atau dengan penalaran. Mungkin saja dalam eksposisi ada
cerita (narasi) atau penggambaran (deskripsi). Namun demikian semua itu tentu
dimaksudkan untuk memperjelas penjabarannya. Karena eksposisi berpijak pada
kejelasan dalam proses penalaran.
Langkah
menyusun eksposisi:
─ Menentukan
topik/tema
─ Menetapkan
tujuan
─ Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
─ Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
─ Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi.
BAB IV
Kesimpulan
Penalaran adalah suatu proses berpikir, dimana terbagi menjadi dua yakni penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif juga terbagi menjadi dua yaitu silogisme dan entimen yang intinya digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum. Sedangkan penalaran induktif terbagi menjadi tiga yaitu Generalisasi, Analogi dan Hubungan Kausal digunakan untuk menarik kesimpulan. Untuk analogi yaitu penarikan kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang sifatnya sama. Generalisasi adalah paragraf yang berisi penjabaran secara rinci dan ditutup dengan pernyataan umum. Hubungan Kausal ialah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan sebab - akibat.
Daftar Pustaka :
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta :
Grasindo.
Raco, J.R. 2010.
Metode Penelitian Kualitatif. Cikarang : Grasindo.
Rahayu, Minto. 2008. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Jakarta : Grasindo.
Syarifuddin., Ibrahim, Alfi Irsyad., Nurmalasari, Fita., dan
Syaiful, Afif. 2014. 3 In 1 Solusi
Cerdas BBM SMA/MA Kelas 1, 2, dan 3. Jakarta : Bintang Wahyu.
Js, Kamadhi. 2005. Terampil Berargumen. Jakarta : Grasindo.
Winiarsih, Sumi., Wahyuni, Sri. 2008. Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA
2009. Jakarta : Grasindo.
Bachtiar Septiadi, 2012 Penalaran Induktif,
Prista Giri Mustika, 2011 Proposisi, http://pesantrenbudaya.com/?id=53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar