Senin, 12 Oktober 2015

TUGAS SOFTSKILL "Bahasa Indonesia"---> (“Materi Penalaran”)

Tugas
Bahasa Indonesia
“Materi Penalaran”


Nama    :  Fanny Dwi Risanti
NPM     :  23213210
Kelas    :  3EB24

Universitas Gunadarma
PTA 2015/2016

Kata Pengantar
      Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat- Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan pembahasan materi penalaran ini. Penalaran ini berisi pembahasan mengenai penalaran, penarikan kesimpulan baik menggunakan deduktif atau induktif. Banyak referensi sepreti website dan buku elektronik yang penulis gunakan untuk untuk menyelesaikan penulisan materi ini. Penulis berharap materi singkat ini bisa berguna untuk para pembaca. Penulis sadar masih terdapat kekurangan pada penulisan ini. Penulis mohon maaf apabila keterbatasan pembahasan yang belum tersedia dalam materi ini.

I.            Latar Belakang
          Penalaran adalah suatu proses berpikir pada manusia berdasarkan suatu pernyataan. Pernyataan yang digunakan dalam proses penalaran ialah harus bersifat fakta yang dinamakan dengan proposisi (premis). Penalaran terbagi menjadi dua yaitu deduktif dan induktif. Penalaran deduktif adalah penalaran yang digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum. Didalamnya juga terdapat silogisme yang terdiri dari premis mayor (umum), premis minor (khusus) dan kesimpulan yakni kombinasi yang dijasikan subjek pada premis minor, dan predikat (kata kerja) pada premis mayor. Selain itu terdapat entimen yakni penarikan kesimpulan dengan menghilangkan salah satu premis. Yang kedua yaitu penalaran induktif yakni kesimpulan yang bersifat khusus, awal paragraph diawali dengan pernyataan khusus dan diakhiri oleh pernyataan umum. Dalam penalaran induktif terdapat pengamatan gejala secara khusus (Generelisasi), perbandingan dua atau lebih pernyataan yang bersifat sama (Analogi), dan hubungan sebab dan akibat suatu kejadian (Hubungan Kausal).

II.            Rumusan Masalah
Apa itu penalaran ?
Bagaimana peran dari silogisme dan entimen dalam penalaran deduktif ?
Apa yang perbedaan generalisasi dan analogi ?
Bagaimana cara menarik kesimpulan berdasarkan teori penalaran ?

     III.            Tujuan
           Untuk mempelajari penalaran dan penarikan kesimpulan berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia dalam materi penalaran ini khususnya.

BAB  I

1.1     Pengertian Penalaran
            Penalaran memiliki banyak pengertian tetapi pada intinya merupakan suatu proses berpikir secara logis dengan menghubung – hubungkan fakta lalu mengkaji dan menganalisis yang pada akhirnya terbentuk sebuah simpulan berupa pengetahuan atau pengertian baru.
1.2     Proposisi
            Kalau tadi penalaran ialah proses berpikir dengan menghubungkan fakta, setelah fakta – fakta saling berhubungan maka terbentuklah suatu kalimat. Dan kalimat ini yang disebut dengan Proposisi. Pernyataan dapat dinilai benar atau salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang dapat dinilai benar atau salahnya. Untuk memahami lebih lanjut, berikut macam – macam dari proposisi antara lain :
1)      Proposisi Empirik, yaitu kalimat pernyataan berdasarkan fakta.
Contohnya : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya .
Maksudnya adalah kalimat tersebut merupakan pernyataan yang benar dan dapat dibuktikan dengan fakta dari kemampuan yang dimiliki anak cerdas dalam kegiatan sehari – hari.

2)   Proposisi Mutlak, yaitu sebuah pernyataan yang benar dan tidak memerlukan pembuktian.
Contohnya : Janda adalah wanita yang pernah menikah.
Maksudnya adalah apabila ada seorang wanita yang berstatus janda, secara otomatis kita langsung mempunyai simpulan sendiri bahwa wanita tersebut pernah menikah sebelumnya dan tidak perlu mencari fakta dengan bertanya kepada janda tersebut.

3)   Proposisi Hipotetik, yaitu pernyataan yang mengandung syarat.
Contohnya : jika dijemput, maka doni akan ke rumah mita.
Maksudnya adalah kalimat ini merupakan pernyataan benar, tapi mengandung persyaratan yang harus dilakukan untuk mengungkap kebenaran dari kalimat tersebut.

4)   Proposisi Kategoris, yaitu pernyataan yang tidak mengandung syarat.
Contohnya : Robby menikahi Rini.
Maksudnya adalah pernyataan tersebut benar adanya dan tidak memerlukan persyararatan untuk mengungkapkan kebenarannya.

5) Proposisi Positif Universal, yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak seluruh aspek.
Contohnya : Semua hewan yang hidup akan mati.
Maksudnya adalah dapat dibuktikan kebenarannya bahwa seluruh atau setiap hewan yang hidup akan mati.

6)   Proposisi Negatif Universal, yaitu merupakan pernyataan kebenaran tetapi pengungkapannya secara negative.
Contohnya : Tidak ada gajah yang tidak berbelalai.
Maksudnya adalah pada kalimat “tidak ada gajah” itu merupakan bentuk negative atau kata ganti dari “Semua”.

7)   Proposisi Positif Partial, pernyataan bahwa setiap unsure pernyataan tersebut bersifat positif.
Contohnya : Sebagian orang ingin hidup kaya.
Maksudnya adalah tidak semua orang tetapi hanya sebagian, karena partial itu bisa dikatakan sinonim dari kata sebagian, dan bentuk kalimatnya terdenger bernada positif.

8)   Proposisi Negatif Partial, pengertiannya ialah kebalikan dari positif partial.
Contohnya : Sebagian orang hidup menderita.
Maksud kalimat ini terdengar bernada negative, tetapi karena partial jadi ditulis “sebagian”.

1.3     Implikasi
      Implikasi adalah ucapan/ pernyataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat – pendapat pihak lain tentang fakta tersebut.
Contohnya : Tadi pagi terjadi tabrakan di depan kampus.
         Dapat kita ketahui bahwa implikasi dapat kita artikan sebagai tindakan. Apabila mendengar pernyataan dari contoh tersebut secara naluriah ada hasrat ingin membuktikan kebenaran fakta tersebut . misalnya pada contoh pernyataan diatas, untuk memastikannya kita bisa datang ke tempat tabrakan itu terjadi, apabila akibat dari peristiwa itu tidak dapat terlihat lagi, maka kita mencari informasi lebih lanjut kepada orang – orang yang menyaksikan peristiwa itu. Jika informasi yang kita peroleh tentang peristiwa itu sama, maka kita bisa meyakini pernyataan tersebut fakta dan benar terjadi.

1.4     Inferensi
       Inferensi adalah pendapat / kesimpulan dari hasil penilaian , pertimbangan dan keyakinan seseorang terhadap fakta.
Contohnya :  Tabrakan itu terjadi karena supir bus yang menghentikan kendaraaannya secara mendadak.
          Contoh diatas merupakan kesimpulan suatu fakta. tetapi, sebelum kesimpulan itu terbentuk ada suatu proses penilaian yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan. Misalnya, kita ingin membuktikan dasar pernyataan sebelum tebentuk kesimpulan diatas. Berdasarkan informasi yang kita peroleh tentang peristiwa tabrakan itu, awalnya bus berjalan dua meter di depan mobil sedan,  tiba – tiba dari arah kanan ada mobil jip yang membelok dan memotong arah di depan bus, kemudian bus mengerem mendadak untuk menghindari tabrakan dengan mobil jip, tetapi mobil sedan tidak sempat mengerem dan akhirnya menabrak bagian belakang bus. Berdasarkan menilai informasi yang ada dan juga mempertimbangkan ketentuan berlalu lintas yang ada, maka jadilah kesimpulan diatas yakni supir bus yang salah karena menghentikan kendaraan secara mendadak.

1.5     Wujud Evidensi
            Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Lain hal dengan wujud evidensi bisa berupa angka statistic atau keterangan lain yang dikumpulkan untuk mendukung suatu pernyataan.
Contohnya : kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela di dalam ruang ini,”
            Artinya kita bisa langsung menyimpulkan pernyataan itu benar karena evidensi yang memadai serta data informasi dapat dibukttikan kebenarannya.

1.6     Cara Menguji Data
         Data atau informasi yang digunakan dalam proses penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu diperlukan untuk menguji data atau informasi untuk mengetahui kebenarannya dan menjadikannya sebagai fakta. Kumpulan fakta disebut evidensi yang digunakan menyimpulkan pernyataan.
Dibawah ini cara yang digunakan untuk menguji data/informasi :

  • Observasi, pengujian data yang langsung terjun ke lapangan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data untuk memperkuat informasi bersifat fakta.
  • Kesaksian, pendapat yang diungkapkan oleh seseorang dimana kesaksiannya berkaitan untuk memperkuat kebenaran dari data yang sedang diuji.
  • Autoritas, kekuasaan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan pengumpulan data guna memperkuat informasi.

1.7     Cara Menilai Autoritas
 ─     Tidak mengandung prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan         pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
     Pengalaman dan pendidikan autoritas
Sebelum ada pengalaman, seorang autoritas harus memiliki pendidikan yang menjadi dasar untuk dikembangkan lebih lanjut. Dan pengalaman yang dimiliki autoritas dari hasil penelitian menjadi pondasi untuk memperkuat kedudukan pernyataannya.
Pengalaman dan pendidikan sangat penting untuk menjadi seorang autoritas, karena itu menjadi dasar yang dimiliki dan harus dikembangkan lebih lanjut.
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
     Kemashuran dan prestise
Kemashuran atau prestise bisa dikatakan sebagai imbalan. Maksudnya, seorang yang meneliti suatu pernyataan tidak boleh di lebih – lebihkan hanya karna ingin mendapatkan suatu prestise (aprsiasi) di bidang lain.

BAB II

2.1     Pengertian Dan Konsep Penalaran Deduktif
       Konsep penalaran deduktif berpijak pada sebuah kesimpulan yang bersifat umum untuk kemudian diterapkan pada gejala empiris (nyata) sejenis sehingga diperoleh kesimpulan yang sama. Contohnya, semua tanaman berdaun hijau memerlukan sinar matahari untuk mengolah sari makanan. Jadi dapat disimpulkan paragraph deduktif ini mengambil kesimpulan secara keseluruhan (umum), bukan secara khusus yang menyebutkan jenis – jenis dari tanaman berdaun hijau tersebut.

  


2.2     Konsep Penalaran Deduktif
            Silogisme merupakan konsep yang bisa digunakan dalam berpikir deduktif. Silogisme adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari –hari. misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a.       Semua yang melangggar peaturan A akan dihukum.
b.      Ia melanggar peraturan A.
c.       Ia dihukum
Sebuah silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor dan kesimpulan), Contoh :
1.      Premis mayor :  Semua cendekiawan adalah manusia pemikir (term mayor).
2.      Premis minor  :  Semua ahli filsafat (term minor) adalah cendikiawan  (term tengah).
3.      Kesimpulan    : semua ahli filsafat adalah manusia pemikir.
Penjelasan :

  • Proposisi 1 dan 2 merupakan premis, yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposisi 3.
  • Proposisi 1 merupakan premis mayor, yaitu premis yang mengandung pernyataan dasar umum yang dianggap benar di kelasnya. Didalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang akan muncul pada kesimpulan sebagai predikat.
  • Proposisi 2 merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang gejala khusus yang merupakan bagian kelas premis mayor. Di dalamnya term minor (ahli filsafat) yang akan menjadi subjek dalam kesimpulan.
  • Term mayor dihubungkan oleh term tengah (cendekiawan) yang tidak boleh diulang dalam kesimpulan. Yang memungkinkan kita menarik kesimpulan ialah adanya term tengah.

2.3     Silogisme Kategorial
          Silogisme kategorial selalu didukung premis – premis dan kesimpulan kategorial. Pramis bisa dikatakan sebagai suatu pernyataan.
Contohnya :
a.      Semua mamalia melahirkan dan menyusui anaknya (premis mayor/ predikat).
b.      Kerbau (premis minor / subjek) adalah mamalia.
c.       Kesimpulan : Jadi, kerbau melahirkan dan menyusui anaknya.
      Mencermati contoh tersebut, kita melihat bahwa premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan kita sebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan kita sebut premis minor. Berikut cara untuk menyusun silogisme kategorial:
a.       Menentukan kesimpulan mana yang disampaikan.
b.      Mencari alasan yang dikemukakan sebagai premis – premis nya.
c.       Menyusun silogisme dengan pola :
            A = B
            C = A
            ====
            C = B

2.4     Silogisme Hipotesis
            Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya merupakan pernyataan hipotesis dan premis minornya menerima atau menolak salah satu atau bagian dari premis mayor tersebut. Silogisme hipotesis terdiri atas tiga macam, yaitu : silogisme kondisional, silogisme disjunctive atau pemisahan, silogisme conjunctive/ menghubungkan.

  Silogisme hipotesis kondisional adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu keputusan bersyarat yang dirumuskan dengan kata – kata seperti : jika, apabila, atau maka……
Contohnya :
jika anak – anak yang berusia satu sampai tujuh tahun diberi tablet flour melalui minum susu, gigi tetapnya akan tahan terhadap karies gigi (premis mayor).
Roy berusia 17 tahun, giginya bebas dari kries (premis minor).
Jadi, roy pada waktu berusia satu sampai tujuh tahun meminum susu yang diberi tablet flour (kesimpulan).
Yang harus dipeerhatikan ialah premis minornya, karena pernyataan tersebut hanya mengambil sebagian dari premis mayor, dimana terdapat dua pernyataan. Pertama satu sampai tujuh tahun diberi tablet flour melalui minum susu, keedua gigi tetapnya akan tahan terhadap karies gigi.

  Silogisme disjunctive/ pemisahan, yaitu silogisme dengan premis mayor yang berbentuk pernyataan yang bersifat memisahkan.
Contohnya :
Rini atau rina yang mengalami maloklusi.
Rini mempunyai relasi rahang dengan gigi normal.
Maka rinalah yang mengalami maloklusi.
Kata “atau” pada premis mayor mengandung dua pernyataan. Dan kesimpulan tergantung dari pernyataan yang digunakan terlebih dahulu oleh premis minor.

  Silogisme conjunctive /menghubungkan adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk pernyataan yang menghubungkan.
Contohnya :
Gusi berdarah adalah gejala radang gusi.
Plak gigi yang matang dan kontak dengan gusi gusi menyebabkan radang gusi.
Jadi, plak gigi menyebabkan gusi berdarah.
Kata “adalah”  digunakan untuk menghubungkan atau memberikan suatu pengertian.

2.5     Silogisme alternatif
            Silogisme alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contohnya :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

2.6     Entimen
       Entimen ini juga merupakan bagian dari silogisme. Dalam pengertiannya, entimen yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama – sama diketahui.
Contohnya :
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat diatas dapat dipenggal menjadi dua.
a.       Menipu adalah dosa.
b.      Karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus) maka silogisme dapat disusun :
Premis mayor : ?
Premis minor : menipu merugikan orang lain.
Kesimpulan    : menipu adalah dosa.
            Dalam kalimat itu, yang dihilangkan adalah premis mayor. Perlu diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin subjeknya menipu. Kita dapat berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, seperti semua perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
         Entimen juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minornya. Mislanya, perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa.

BAB III

3.1     Penalaran induktif
            Penalaran induktif yaitu paragraph yang diawali premis yang bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan bersifat umum. Cotohnya : tumbuhan, hewan, manusia membutuhkan air (khusus). Semua makhluk hidup membutuhkan air (umum).  pada dasarnya penalaran induktif terdiri dari tiga macam yakni, generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab – akibat). 

 

3.2     Generalisasi
            Generalisaasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus, serupa atau sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum. Lebih jelasnya generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Suatu generalisasi mencangkup cirri – cirri umum yang menonjol, bukan rincian. Didalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh – contoh, data statistic, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau cirri khusus.
Contoh :
            Gempa di Aceh 26 desember 2004 yang brkekkuatan 9 skala richter itu menimbulkan korban jiwa yang terus berjatuhan hingga 31 Desembr 2004 di Srilanka 28.508 orang, India 10.736 orang, Thailand 4500 orang, dan di Aceh 79.940 dan cenderung bertambah. Selain, itu hingga 2 Januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti, korban menderita sakit berat dan cacat tubuh yang diakibatkan gempa dan gelombang Tsunami yang sangat dahsyat itu di Aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk tempat tinggal yang luluh lantak rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air laut tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di Aceh ini merupakan yang terbesar (generalisasi) di dunia.
            Perhatikan contoh diatas, awal paragraph diawali dengan pernyataan yang bersifat khusus tentang menyebutkan dampak yang disebabkan oleh gempa di Aceh dan diakhiri paragraph berisi kesimpulan generalisasi betapa dahsyatnya gempa di Aceh.
Ungkapan generalisasi :
Terbesar, ter….           tidak pernah
Paling besar,               pada umumnya
Semua, setiapa            secara keseluruhan,
Ungkapan pendukung :
Cenderung,                 pada galibnya,
Pada umumnya,          selalu,
Sebagian besar,           dukungan kuantitatif (angka).
        Yang perlu diperhatikan bahwa bukti – bukti atau rincian penunjang harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Paragraph yang mencantumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis.

3.3     Analogi
         Analogi adalah suatu bentuk kias persmaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan, mislanya manusia dan semut, malaikat dan manusia. Kedua objek tersebut tersebut dicari persamaannya (bukan perbedaannya). Agar lebih mudah dipahami, analogi bercerita tentang dua hal yang bebeda tetapi memiliki sifat/ kejadian yang sama. Sehingga, kita bisa menarik kesimpulan berdasarkan hal yang sifatnya sama dari dua hal yang bereda. Pengungkapan, secara garis besar analogi dapat dibedakan atas :
Analogi sederhana
   Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan fakta secara mendalam dan sudah lazim diketahui
     Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah diketahui
Contoh : Gadis itu bagaikan bunga mawar dikelas kami.
 Penggunaan kata “ bagaikan bunga mawar” memiliki arti indah atau cantik bentuknya. Jika dikaitkan dengan gadis pada contoh diatas, berarti gadis tersebut memiliki rupa yang cantik sehingga tidak menuntut penjelasan fakta.
Analogi yang berupa kiasan
  Sulit dipahami karena bersifat subjektif dan berdasarkan situasi pembicaraan yang sedang berlangsung.
     Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh : Daya pikir mahasiswa itu tajam. Kata tajam tidak dapat diukur secara objektif (empiric).
Sulit dipahami karena kata “tajam” merupakan kiasan atau kata yang sulit untuk dipahami.

Analogi berdasarkan pengungkapan isi :

Analogi deklaratif
 
1.   Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaanya dengan objek yang sudah dikenal.
2.     Tidak menghasilkan simpulan.
3.     Tidak memberikan pengetahuan baru,
4.     Kata – kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah : bagaikan, laksana, seperti, bagai
5.     Se…… (kata keadaan, misalnya “seindah”)
Contoh :
    Ia berdiri di depanku dengan wajah merah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya dimeja, seperti militer siap tembak musuh, ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti Guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.

Analogi induktif

  1. menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan  pengetahuan baru, berdasarkan persamaan cirri utama (esensial) dengan objek yang sudah dikenal,
  2. menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus, (bukan generalisasi), seperti : pengethauan baru, tindakan baru, atau pengetahuan baru berdasarkan cirri dasar (utama) atas objek lama terhadap fakta baru.
  3. Kesimpulan yang dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek lain, berdasarkan persamaan cirri,
  4. Proses menggunakan kesamaan sifat objek pertama yang sudah dikenal cirri – cirinya untuk menerangkan cirri – cirri objek kedua, dan menyimpulkannya secara induktif
  5. Kata – kata yang sering digunakan : maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh :
       Pada pertengahan Juli 1981, saya pergi ke kamus London University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba – tiba saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia.” Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you know? Mereka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “Mudah Saja.” Walaupun Anda tampak seperti orang Philipin, jalan Anda persis orang Indonesia, “Santai !” Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walupun tidak secepat orang inggris atau orang Eropa pada umumnya, saya harus membiasakan berjalan secepat mereka. Mereka benar. Orang berjalan santai beresiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya oleh orang yang akan memanfaatkan kelengahan orang lain. Tegasnya, saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
      Sepintas lalu kesimpulan analogi menyerupai generalisasi. Yang dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan ialah gejala – gejala khusus yang diamati. Harus diingat, dalam generalisasi lebih bersifat umum, lebih luas daripada yang dinyatakan dalam premis – premisnya. Sebaliknya, pada analogi kesimpulan bersifat khusus.

3.4     Hubungan Kausal
       Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari kejadian yang saling berhubungan. Terdapat tiga macam hubungan kausal, diantaranya :
Hubungan sebab – akibat
Joni rajin belajar (A).
Joni pintar (B).
Jadi, Joni rajin belajar sehingga pintar.

Hubungan akibat – sebab
Joni pintar karena rajin belajar.

Hubungan sebab – akibat – akibat
Joni rajin belajar (A).
Joni pintar (B).
Joni naik kelas (C)
Karena rajin belajar, Joni pintar sehingga bisa naik kelas.

3.5     Hipotesa dan Teori
          Hipotesa adalah semacam kesimpulan sementara yang harus memerlukan penelitian lebih lanjut lagi atas fakta yang disimpulkan dalam hipotesa tersebut. Sedangkan teori berisi penjabaran secara relative lebih kuat dari hipotesa sebelumnya yang telah diteliti lebih lanjut.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus) :
Hipotesis pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi. (Contoh hipotesis by Fikri Jaiz blog)

3.6     Induksi Dalam Metode Eksposisi
     Eksposisi adalah tulisan yang “menerangkan”, atau “menjabarkan”. Penjelasan atau penjabarannya tentu dilakukan secara logis atau dengan penalaran. Mungkin saja dalam eksposisi ada cerita (narasi) atau penggambaran (deskripsi). Namun demikian semua itu tentu dimaksudkan untuk memperjelas penjabarannya. Karena eksposisi berpijak pada kejelasan dalam proses penalaran.
Langkah menyusun eksposisi:
     Menentukan topik/tema
     Menetapkan tujuan
     Mengumpulkan data dari berbagai sumber
     Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
     Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

BAB IV

Kesimpulan
Penalaran adalah suatu proses berpikir, dimana terbagi menjadi dua yakni penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif juga terbagi menjadi dua yaitu silogisme dan entimen yang intinya digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum. Sedangkan penalaran induktif terbagi menjadi tiga yaitu Generalisasi, Analogi dan Hubungan Kausal digunakan untuk menarik kesimpulan. Untuk analogi yaitu penarikan kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang sifatnya sama. Generalisasi adalah paragraf yang berisi penjabaran secara rinci dan ditutup dengan pernyataan umum. Hubungan Kausal ialah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan sebab - akibat.

Daftar Pustaka :
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia.  Jakarta : Grasindo.
Raco, J.R.  2010. Metode Penelitian Kualitatif. Cikarang : Grasindo.
Rahayu, Minto. 2008. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
Syarifuddin., Ibrahim, Alfi Irsyad., Nurmalasari, Fita., dan Syaiful, Afif.  2014. 3 In 1 Solusi Cerdas BBM SMA/MA Kelas 1, 2, dan 3. Jakarta : Bintang Wahyu.
Js, Kamadhi. 2005. Terampil Berargumen. Jakarta : Grasindo.
Winiarsih, Sumi., Wahyuni, Sri.  2008. Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009. Jakarta : Grasindo.
Bachtiar Septiadi, 2012 Penalaran Induktif, 
Prista Giri Mustika, 2011 Proposisi, http://pesantrenbudaya.com/?id=53.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar